Minggu, 29 Juli 2018

Perosotan



Tadi malam sepulang silaturrahim ke Pakdenya Mufid kami makan di sebuah resto cepat saji. Sambil menunggu Babeh memesan makanan saya menemani Mufid main perosotan. Qadarullah, kali ini kami harus menunggu lebih lama untuk menyantap makanan. Mari kita anggap ini rejeki Mufid untuk latihan berseluncur lebih lama.

Perosotan itu licin, agak curam, dan kaos Mufid juga licin sehingga Mufid butuh dibantu di awal agar tidak tersungkur. Babeh mengingatkan agar saya menjauh atau tidak terus membantu. Saat saya coba, Mufid hampir tersungkur atau nggeledak (kepala jatuh lebih dulu). Saya bilang pada Mufid untuk coba beberapa cara agar sampai di bawah dengan aman. Sempat ia terlalu nunduk sehingga hampir terbentur sisi mainan lain. Lalu Mufid coba tiduran, pegangan tepi perosotan, bilang pada diri sendiri "Hati-hati, pelan-pelan". Saat jatuh ia bilang, "gagay (gagal)" haha.

Puncaknya, ia menemukan suatu cara dan berhasil berhenti di ujung perosotan dengan aman. Mufid bilang, "Bun. Kalo kaki kanan (sambil nunjuk kaki kiri) diangkat, kaki kiri (sambil nunjuk kaki kanan) yuyus (lurus), nggak jatuh." MasyaAllah, anak sholihnya Ibun 😍 "Iya, Sayang? Ooh begitu? Jadi Mufid sudah tahu cara biar nggak jatuh? Hebat!" Jawab saya sambil mencium pipinya. Saya tidak sempat mengabadikan karena masih takut Mufid jatuh. Lalu Mufid mencoba lagi tapi pendaratan tak semulus sebelumnya. Hihi. Tidak apa. Yang penting Mufid tak bosan mencoba cari cara terbaik dan keberanian naik perosotan tanpa dijaga meningkat. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar