Sabtu, 27 Januari 2018

Sederhana Kegiatannya, Kaya Maknanya

Dalam melatih kecerdasan anak, kegiatannya mungkin nampak sederhana namun tugas orang tua adalah memastikan makna yang diikat haruslah kaya.
Misalnya, berbagi sarapan dengan pemulung. Orang tua menyampaikan bahwa kita berbagi supaya yang lain ikut senang seperti kita yang pagi ini diberi rizki makanan oleh Allah. Berbagi juga dicontohkan oleh Rasulullah saw. Allah sayang pada orang yang senang berbagi.

Kadangkala saya sebagai orang tua bingung mencari ragam kegiatan dalam melatih kecerdasan anak. Lalu saya teringat bahwa sebagai pembelajar, anak perlu mengulang kegiatan tertentu. Jika diulang kegiatannya, diulang pujiannya, dan diulang pula mengikat maknanya maka insyaAllah hal tersebut akan lebih melekat pada diri anak.

Satu lagi yang sering dilihat namun mungkin mudah terlupa adalah anak peniru yang sangat ulung maka sebisa mungkin kita harus memberikan contoh terbaik. Teruslah melatih kecerdasan diri. Bagi saya, melatih atau meningkatkan kecerdasan anak adalah salah satu bentuk ikhtiar sebagai orang tua. Manusia hanya diwajibkan berikhtiar, hasilnya mutlak milik Allah. Ikhtiar kitalah yang akan diminta pertanggungjawabannya, maka mari lakukan semaksimal mungkin.

-Putriana Mahardika-

#gamelevel3
#meningkatkankecerdasan
#kuliahbunsayiip
#bundasayang
#aliranrasalevel3

Kamis, 18 Januari 2018

Sayangi Dirimu




Sayangi Dirimu

"Mufid anak sholih, cerdas, ganteng", saya seringkali mengucapkan itu. Kadang juga diselingi dengan sifat baik lain yang saya sematkan misalnya jujur, baik hati, ramah, murah hati, dll. Semoga tidak terdengar berlebihan karena ini saya niatkan sebagai doa sekaligus agar anak tahu sifat-sifat itu yang saya harap ada padanya. Semua sifat kan ya kecuali yang ganteng? Hehe.

Pernah suatu ketika Mufid bilang, "Coyih (sholih), kata ibun gitu". Pernah juga Mufid bilang, "Mpit pinten tan (Mufid pintar kan)?!" Atau "Baik anet ya Mpit (baik banget ya Mufid)" 😅
Kalau sedang ingat kembali materi Komunikasi Produktif saya tambahkan misalnya "Oh Mufid pintar, bisa makan sendiri".

Saya harap dengan doa dan sifat baik yang disematkan pada saat memanggil anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus menumbuhkan rasa cinta dan sayangnya pada diri sendiri.

Mengapa harus percaya dan cinta pada diri sendiri? Karena jaman yang semakin ganas akan menggilas anak-anak yang tak percaya diri dan butuh "pengakuan" dari kelompok. Sudah banyak kita temui kasusnya seperti geng motor atau korban bullying di sekolah. Semoga anak kita jauh tak menjadi korban dan dijauhkan dari hal-hal buruk. Aamiin.

#tantangan_hari_ke10
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Allah, Ada Nama-Mu di Langkahku

Saya sangat bersyukur Allah pernah memberikan saya tempat tumbuh bernama "Sekolah Alam Bintaro". Empat tahun saya menjadi fasilitator, wakil kepala sekolah, dan pengganti sementara kepala sekolah. Pengalamannya berbeda, rasanya dan cara pandangnya harus berbeda. Semua itu teramu menjadi satu dan memberikan saya begitu banyak pelajaran. Tak hanya itu, empat tahun di sana membuat saya sedikit demi sedikit menjadi lebih religius, salah satunya terbiasa melafalkan dzikir dalam kondisi tertentu, misalnya Alhamdulillah dan MasyaAllah saat mendapat kabar bahagia, Innalillahi saat mendengar kabar tidak baik, dll.

Segala puji bagi Allah yang membuat saya masih memiliki kebiasaan baik itu dan diperhatikan oleh Mufid lalu diikutinya. Memang bukan hanya saya tapi juga keluarga saya dan saya bersyukur menjadi bagian dari hal baik tersebut.

Saya membiasakan Mufid ketika diberi sesuatu mengucapkan terima kasih kepada yang memberi lalu diiringi dengan lafal hamdalah. Ibun mengatakan "Alham..." lalu Mufid sambung "diyiyah".

Saat menyampaikan suatu rencana atau saat sedang mem-briefing Mufid, saya usahakan memakai kata "InsyaAllah". Saat sedang berjalan dan Mufid tidak melihat apa yang saya lihat, saya menyampaikan InsyaAllah kan memberitahunya lagi kalau saya lihat.
Ibun (I) : "Itu ada bus kecil, Nak."
Mufid (M) : "Nana? Nana bis tetinnya bun?"
I : "Yah. Udah lewat"
M : "Nana?"
I : "Busnya udah lewat nak. Nanti InsyaAllah kalau ada lagi Ibun kasih tahu ya"
Percakapan seperti ini bisa berulang 3-5 kali hingga kadang Mufid menutupnya dengan,
M : "Intaawoh (InsyaAllah) talo ada nanti Ibun tatih tau ya"

Tante saya mendapati tanpa diberi aba-aba Mufid bisa melafalkan istighfar. Ketika hampir jatuh karena menginjak gagang pel saat hendak mengambil sapu, Mufid berkata "atapiloh..aladim..aladim" Astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim. Tante dan sepupu saya tertawa takjub sambil memerhatikan dari jauh.

Langkah saya masih jauh, belum genap dua tahun menjadi orang tua. Tapi saya percaya membangun pondasi memang harus sedini mungkin dan harus melibatkan Allah pada setiap langkah baik dalam perkataan, doa, dan tentunya saat berharap.

Saya semakin yakin, persiapan menjadi ibu bukan hanya tentang kegalauan mencari jodoh tetapi yang jauh lebih penting dari itu adalah terus memperbaiki kualitas diri. Memperbaiki diri sesedikit apapun yang penting konsisten dan terus meluruskan niat. Lalu, perhatikan betapa hal baik akan menarik hal-hal baik lainnya.

#tantangan_hari_ke9
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Selasa, 16 Januari 2018

Anak-anak dan Antre

Jumat sore, 12 Jan 18, Ibun, Mufid dan Ate bermain ke RPTRA Menara, JakBar. RPTRA yang terbilang baru ini memiliki mainan yang cukup lengkap dan bagus. Taman bermain untuk anak pun lebih aman karena diberi jaring pembatas dengan lapangan bola. Fasilitas lain sama seperti RPRTRA lain yang dilengkapi dengan perpustakaan, kamar mandi, wastafel, kolam ikan, batu-batu refleksi, dan area bermain yang tertutup atapnya. Nilai plusnya, disini ada area parkir (walau kecil) dan ada rak sepatu sehingga seharusnya para pendamping bisa membiasakan anak untuk menyimpan alas kaki dengan rapi. Yang kurang atau mungkin sudah rusak adalah tulisan, "Terima kasih sudah menyimpan alas kaki pada tempatnya".

Setelah beberapa menit observasi dan meyakinkan Mufid taman ini ramai, banyak yang mau main, tapi insyaAllah aman, saya bertanya Mufid mau main apa. Mufid memilih perosotan yang menjadi primadona karena bisa dimainkan bergantian secara cepat, tidak seperti ayunan dan jungkat-jungkit yang waktu tunggunya lama.

Apa yang harus dilakukan sebelum meluncur di perosotan? Ya, mengantre. Saya pikir selama ini antre adalah saat yang tepat untuk mengajarkan kesabaran dan kadang bisa jadi ajang sosialisasi sesaat. Tapi ternyata bagi Mufid dan mungkin anak-anak lain, antre juga masalah keberanian berada di antara orang banyak. Mufid bukan tipe agresif, dia akan mendahulukan orang lain. Mufid masih butuh motivasi lebih untuk mengantre karena nampak kurang nyaman berada di antara orang asing.



Saya sampaikan pada Mufid kalau belum mau mengantre tidak apa-apa yang penting Mufid sudah mencoba dan tidak mendahului teman yang ada di depan Mufid. Ketika anak bermain dengan anak yang lebih dewasa (tapi tidak menjadi contoh yang baik, PR orang tua semakin banyak.

Akhirnya kami melihat kolam ikan, bermain dan membaca buku di perpustakaan. Ketika ada yang ingin pinjam mainannya Mufid memberikan langsung. Saya coba arahkan teman barunya untuk meminta izin tapi anak itu belum mau mengikuti. Tidak apa-apa yang penting saya terus berusaha mengajarkan izin sebelum pinjam barang orang lain.

#tantangan_hari_ke8
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Minggu, 14 Januari 2018

Berepot-repot Dahulu, InsyaAllah Sholih Kemudian


Rabu sore, 10 Januari 2018, Mufid nge-mall bersama Ibun dan Ate Tia. Reward kecil-kecilan untuk ate yang lulus 3,5 tahun dengan nilai A. Alhamdulillah cumlaude.

Ketika tiba waktu sholat magrib, kami menuju musholla. Tak lupa saya mengajak Mufid wudhu terlebih dulu. Kalau dipikir repot atau enggak, pasti ada repotnya, ada tantangannya. Gulung celana supaya tidak basah, menjaga baju supaya ga lepek, kalau basah-basah dikit masih wajar. Orang dewasa juga kan?! Tantangan berikutnya, memotivasi untuk menyelesaikan wudhu dan menyegerakan sholat.

Alhamdulillah Mufid mau sholat bersama saya dan Tantenya, meski baru sebatas "Awoh aban" (Allahu akbar), sujud, dan duduk. Mufid juga dengan sabar menunggu kami berdoa setelah dia selesai "berdoa".
Jumat, 12 Januari 2018. Saya, Mufid dan Ate Tia bersiap pergi ke masjid untuk sholat Maghrib. Ketika sudah rapi, saya batal karena buang angin. Sementara saya wudhu, iqomat berkumandang. Mufid tiba-tiba bilang, "Tu kan qomat. Ayo cemua coyat (semua sholat)". Saya dan tantenya takjub dan menyegerakan langkah kami. "MasyaAllah anak sholih", ucap saya seraya mengecup keningnya.

Sampai di masjid kami langsung sholat. Mufid sholat di sebelah saya. Sama seperti sebelumnya, "awoh aban" angkat tangan, taruh tangan di depan, sujud, duduk, kurang lebihnya begitu.

Segala puji hanya bagi Allah. Mufid mengalami kemajuan yang sangat berarti. Dulu sampai usia kurang lebih 21 bulan, kalau saya dan ayahnya mau sholat di masjid (atau musholla Mall), kami harus bergantian karena Mufid pasti menangis jika ditinggal. Pernah juga saya gagal sholat di masjid karena Mufid tidak mau digendong ayahnya. Tapi Alhamdulillah semakin bertambahnya usia Mufid semakin sholih, mau ikut sholat bersama kami.

Allah Yang Maha Baik membuat Mufid mau sholat dan lebih sabar menunggu. Terima kasih Engkau memudahkan usaha kami, Yaa Allah. Kami tahu jalan masih panjang karenanya kami terus bersyukur agar hati semakin lapang, semakin ikhlas, semakin banyak meminta pada Allah. Kuatkan jiwa dan raga kami, Yaa Allah, dalam memaksimalkan ikhtiar mendekatkan diri dan keluarga kami pada-Mu, tetap berada di jalan-Mu. Aamiin.

#tantangan_hari_ke7
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Sabtu, 13 Januari 2018

Sampahmu Sampahku karena Bumimu Bumiku


Selasa, 9 Januari 2017, Mufid bersama Ibun dan Tante Selly memberikan kejutan pada Tante Tia yang melaksanakan sidang skripsi. Sambil menunggu, kami ngemil bersama. Selesai ngemil, Ibun memotivasi Mufid untuk tetap menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya yang tidak jauh dari lokasi kami berkumpul. Alhamdulillah Mufid mau. Di rumah Mufid sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya, kalau sekali dua kali tidak mau masih terbilang wajar, namanya juga anak-anak.

Seusai memberikan surprise, Mufid minta jalan-jalan melihat air mancur, ikan, dan lain-lain. Lalu kami melihat remah-remah makanan ringan berserakan. Saya diskusi sebentar dengan Mufid, lalu kami berdua membuangnya ke tempat sampah.

Saya dan suami sadar kalau penanaman cinta lingkungan yang bagian dari iman ini tak bisa instan, harus dipupuk sedini mungkin, dan dilakukan berulang. Berulang kegiatannya, berulang pujiannya, berulang mengikat maknanya. Makna terdalamnya adalah menjaga kebersihan sebagai sebuah rasa syukur dan bemtuk ketaatan pada Allah Sang Pencipta. Semoga kedepannya Mufid bisa konsisten menjaga kebersihan dan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Aamiin.

#tantangan_hari_ke6
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Jumat, 12 Januari 2018

"Empot...empot"


Jarang sekali ada anak yang tidak suka bermain air, termasuk anak saya. Saat saya atau Utinya (Eyang Putri) menyiram, anak saya mengikutinya bahkan seringkali tak mau berhenti. Lalu saya alihkan perhatiannya dengan memberikan semprotan (semprotan bekas cairan pelicin pakaian yang sudah dibersihkan) untuk menyemprot tanaman, "empot...empot" kata Mufid.

Kami diskusi santai sambil menyemprot tanaman; mengapa tanaman harus disiram, daun warna apa yang boleh dipetik, dan jangan lupa berdoa pada Allah saat menyiram agar tanamannya tumbuh subur.

Saya berusaha melatih EQ pada sesama makhluk saat membicararakan mengapa tanaman harus diberi air, sama seperti manusia, sama seperti Mufid tanaman juga butuh minum, kalau tidak minum, haus, lemas, tidak bisa bermain, susah bergerak. Dan tentang tidak boleh petik tanaman sembarangan, sama seperti Mufid yang juga tidak mau dicubit sembarangan.

Saya coba melatih SQ saat menyampaikan sebaiknya berdoa, minta pada Allah, saat menyiram tanaman karena Allah yang menciptakan tanaman.

Seusai menyiram, saya mengajaknya membaca buku "Aku Sayang Kumi" berisi tentang menyayangi tanaman dan hewan.

Sederhana memang tapi semoga mengena pada Mufid.

#tantangan_hari_ke5
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Rabu, 10 Januari 2018

Miyong...


Hari Minggu pagi kami isi dengan bermain bersama kucing. Kebetulan ada keluarga kucing (induk serta 4 ekor anaknya) yang baru saja dipindahkan ke proyek depan rumah kami. Suami saya bukan tipe pemelihara hewan tapi menyayangi hewan, salah satunya kucing, bahkan sempat membantu proses kelahiran 2 kucing di rumah orang tuanya. Saya sewaktu kecil suka namun sejak peristiwa mengejar kucing di dekat jemuran atas yang membuat saya jatuh dari genteng, saya kurang menyukainya lagi, cenderung takut, takut dicakar. Tapi kalau kucingnya sudah terbukti tidak agresif dan tidak mencakar, saya suka.

Sudah jelas ya kenapa untuk proyek menyayangi makhluk Allah berupa hewan saya memerlukan bantuan Babehnya Mufid? 😉

Babeh mengajak Mufid mengelus kucing, memainkan daun dan tali untuk menarik perhatiannya, menyampaikan bagian tubuh kucing mana yang sebaiknya tidak dipegang. Memberitahu juga sebaiknya induk kucing yang masih menyusui tidak dipegang karena masih galak, takut anaknya diganggu, dll. Mufid melihat juga sesi induk kucing menyusui anak-anaknya secara bersamaan. Alhamdulillah Mufid tampak senang dengan proyek ini.

Setelah dirasa cukup, kami pulang, membersihkan diri dan bercerita bersama. Saya motivasi Mufid untuk menceritakan kembali pengalaman dan perasaannya semampunya.

#tantangan_hari_ke4
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Selasa, 09 Januari 2018

Silahturahmi


Proyek yang akan saya ceritakan kali ini dikerjakan pada hari Sabtu, 6 Januari 2018.

Kami sekeluarga, hampir setengah keluarga besar, menghadiri undangan dari keluarga jauh (anak dari adik kakek saya). Setelah itu kami berkunjung ke rumah sepupu saya yang jarang anak saya, Mufid, temui. Mari kita sebut kedua agenda tersebut sebagai agenda silahturahmi. Ada 2 target dalam agenda ini yaitu Mufid mau salim saat bertemu dengan budhe, om/tante, kakek/neneknya dan Mufid mau main bersama sepupunya.

Saya sudah siap dengan kemungkinan terburuk akan menggendong selama silahturahmi berlangsung. Oleh karena itu saya membawakan buku dan mainan untuknya. Tapi Alhamdulillah kedua target itu tercapai, dengan motivasi dan bantuan awal tentunya.

Di mobil pun Mufid sudah tidak mati gaya saat harus semobil dengan budhe, nenek, dan sepupu2nya. Alhamdulillah.

Sesampainya di rumah, setelah bersih-bersih diri, sebelum tidur saya ajak Mufid bercerita tentang pengalaman dan perasaannya hari ini. Saya puji keberaniannya mau bermain bersama, menyatakan pendapat, dan kesediannya berbagi mainan.

#tantangan_hari_ke3
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Ayo Berbagi


Ini cerita tentang hari pertama pelaksanaan proyek.

Saya dan Mufid memulai pengerjaan tantangan ini di hari Jumat, 5 Januari 2018. Berbagi dengan sesama.

Saya memilih beberapa barang untuk dibagikan, berupa biskuit yang sama dengan yang Mufid makan. Setelah Mufid mandi pagi, saya sampaikan bahwa setelah makan dan main sebentar, kita akan berbagi pada orang-orang yang makanannya nggak sebanyak Mufid. Bisa jadi makannya pun nggak tiga kali seperti Mufid.
Saya dan Mufid berkeliling komplek untuk mencari pemulung atau pedagang keliling (yang dagangannya tidak terlalu banyak dan orangnya tidak terlalu muda).

Mufid belum mau memberikan, mungkin karena tidak kenal, tapi Mufid memperhatikan saat saya berinteraksi dan saat orang yang diberi mendoakan kami. Alhamdulillah.

Reward langsung bagi Mufid setelah berbagi adalah berkeliling komplek dengan motor. 😊😊

Sambil berkeliling kami "diskusi" tentang apa yang sudah dilakukan, perasaan dan kenapa harus dilakukan. Saya mengarahkan berbagi sebagai bentuk bersyukur pada Allah, mencontoh Rasulullah, sekaligus melatih kepedulian. Alhamdulillah Mufid senang berbagi dan pekan depan mau berbagi lagi.

Mohon maaf tidak ada dokumentasi dalam kegiatan ini karena saya dan Mufid hanya berdua naik motor, sementara saya yang memberikan langsung pada penerima.



Sesampainya di rumah, saya memotivasi Mufid untuk bercerita pada Uti (Eyang Putri). Lalu, saya ajak membaca cerita "Murah Hati" salah satu judul dalam Seri Teladan Rasulullah. Buku ini terdiri dari 2 cerita, kakak yang belum mau berbagi pada adik dan Rasul yang sangat senang berbagi, bahkan ketika ada yang meminta kain yang sedang dipakai Rasul langsung memberikannya. Itulah yang saya lakukan untuk mengikat makna dari kegiatan yang telah dilakukan bersama.

#tantangan_hari_ke2
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa

Minggu, 07 Januari 2018

Cinta untuk Semua


Bismillah. Alhamdulillah masuk game level #3 BunSay.
Saya sudah coba merancang proyek serta draft laporannya setelah tantangan diberikan. Tapi karena satu dan lain hal, saya belum rampung menulis dan mengumpulkannya. Gagal deh keinginan tembus "Outstanding Performance" kali ini. Hehe. Tapi nggak apa-apa, kembali meluruskan niat, saya ambil tantangan ini bukan untuk mendapat badge melainkan untuk buah hati, keluarga, dan pastinya diri sendiri. Tetap semangat!!!

Proyek untuk game level #3 ini saya beri nama "Cinta untuk Semua", sebuah proyek untuk menanamkan rasa sayang pada Allah Sang Pencipta serta makhluk-Nya, diri sendiri, dan keluarga.
Kegiatannya sederhana karena partner saya dalam menyelesaikan proyek adalah anak laki-laki saya (Mufid) yang insyaAllah 18 Januari genap berusia 2 tahun.
Bagi saya, sesederhana apapun kegiatannya, tetap harus dilakukan proses briefing dan refleksi. Di awal saya menyampaikan apa yang akan dilakukan dan apa tujuannya, di akhir saya mengajak anak refleksi (mengikat makna), melalui "diskusi", menceritakan kembali, dan diselingi juga dengan membacakan buku cerita sesuai tema kegiatan.

Beberapa contoh kegiatan dalam proyek ini adalah : sholat dan mengaji, berbagi dengan sesama, menanamkan keyakinan bahwa dirinya anak baik dan berharga, mau bermain bersama dengan saudara yang jarang bertemu.

Sekian tentang proyek kami. Doakan agar kami istiqomah melaksanakannya dan dapat mengambil manfaat dalam proyek ini. 😊

#tantangan_hari_ke1
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa