Saya sangat bersyukur Allah pernah memberikan saya tempat tumbuh bernama "Sekolah Alam Bintaro". Empat tahun saya menjadi fasilitator, wakil kepala sekolah, dan pengganti sementara kepala sekolah. Pengalamannya berbeda, rasanya dan cara pandangnya harus berbeda. Semua itu teramu menjadi satu dan memberikan saya begitu banyak pelajaran. Tak hanya itu, empat tahun di sana membuat saya sedikit demi sedikit menjadi lebih religius, salah satunya terbiasa melafalkan dzikir dalam kondisi tertentu, misalnya Alhamdulillah dan MasyaAllah saat mendapat kabar bahagia, Innalillahi saat mendengar kabar tidak baik, dll.
Segala puji bagi Allah yang membuat saya masih memiliki kebiasaan baik itu dan diperhatikan oleh Mufid lalu diikutinya. Memang bukan hanya saya tapi juga keluarga saya dan saya bersyukur menjadi bagian dari hal baik tersebut.
Saya membiasakan Mufid ketika diberi sesuatu mengucapkan terima kasih kepada yang memberi lalu diiringi dengan lafal hamdalah. Ibun mengatakan "Alham..." lalu Mufid sambung "diyiyah".
Saat menyampaikan suatu rencana atau saat sedang mem-briefing Mufid, saya usahakan memakai kata "InsyaAllah". Saat sedang berjalan dan Mufid tidak melihat apa yang saya lihat, saya menyampaikan InsyaAllah kan memberitahunya lagi kalau saya lihat.
Ibun (I) : "Itu ada bus kecil, Nak."
Mufid (M) : "Nana? Nana bis tetinnya bun?"
I : "Yah. Udah lewat"
M : "Nana?"
I : "Busnya udah lewat nak. Nanti InsyaAllah kalau ada lagi Ibun kasih tahu ya"
Percakapan seperti ini bisa berulang 3-5 kali hingga kadang Mufid menutupnya dengan,
M : "Intaawoh (InsyaAllah) talo ada nanti Ibun tatih tau ya"
Tante saya mendapati tanpa diberi aba-aba Mufid bisa melafalkan istighfar. Ketika hampir jatuh karena menginjak gagang pel saat hendak mengambil sapu, Mufid berkata "atapiloh..aladim..aladim" Astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim. Tante dan sepupu saya tertawa takjub sambil memerhatikan dari jauh.
Langkah saya masih jauh, belum genap dua tahun menjadi orang tua. Tapi saya percaya membangun pondasi memang harus sedini mungkin dan harus melibatkan Allah pada setiap langkah baik dalam perkataan, doa, dan tentunya saat berharap.
Saya semakin yakin, persiapan menjadi ibu bukan hanya tentang kegalauan mencari jodoh tetapi yang jauh lebih penting dari itu adalah terus memperbaiki kualitas diri. Memperbaiki diri sesedikit apapun yang penting konsisten dan terus meluruskan niat. Lalu, perhatikan betapa hal baik akan menarik hal-hal baik lainnya.
#tantangan_hari_ke9
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar